A. Empowerment
stress dan konflik
Pemberdayaan (empowerment) mempunyai beberapa pengertian. Menurut
Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata empower mengandung dua arti.
Pertama adalah pengertian to give ability or to enable, yaitu memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada fihak lain.
Sedangkan dalam pengertian kedua diartikan sebagai upaya memberi kemampuan dan
keberdayaan. Memberi daya dimana daya ini dimaksimalkan sebagai daya hidup
mandiri.Konsep empowerment telah mengubah konsep pembangunan dan sekaligus
strategi bagaimana mengentaskan kemiskinan khususnya di pedesaan. Perubahan ini
sering disebut orang sebagai perubahan paradigma atau serangkaian perubahan
mulai dari tataran konsep, teori, nilai-nilai, metodologi sampai ke tataran
pelaksanaannya.
Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu
kesehatan psikis manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986)
kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres
disebut dengan stressor. Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti
polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran ataupun
perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata
maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor.
Lazarus & Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor
kedalam tiga kategori, yaitu:
Catacysmic Event
Fenomena besar atau tiba–tiba terjadi, seperti
kejadian–kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.
Personal Stressor
Kejadian–kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau
sejumlah orang tertentu, seperti kritis keluarga.
Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang bisa terjadi setiap hari,
seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat
terjadi pada kehidupan individu:
Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara stres berasal dari individu. Pertama adalah
melalui adanya penyakit. Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan
biologis dan psikologis sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres
yang dialami individu dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan
penyakit yang dialaminya. Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik.\Konflik
merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua
kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan
yang masing–masing memiliki kelebihan dan kekuhrangannya se ndiri. Keadaan
seperti ini banyak dijumpai saat individu dihadapkan pada keputusan–keputusan
mengenai kesehatannya.
Pengertian Konflik
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan, pertentangan. Konflik
berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti saling
memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses social antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.Jika
dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada dalam kehidupan
masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat
diminimalkan.
JENIS –JENIS
KONFLIK
Terdapat
berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk
membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada
pembagian atas dasar
pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.
A. Konflik
Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan
fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik
fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional
Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian
tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik disfungsional
adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut
Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau
disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi
suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula,
konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu
yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau
disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan
pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja
kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik
tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik
tersebut disfungsional.
B. Konflik
Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan
pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393)
membagi konflik menjadi enam macam, yaitu:
1) Konflik dalam diri individu (conflict within the
individual). Konflik ini
terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau
karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2) Konflik
antar-individu (conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan
kepribadian (personality differences) antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
3) Konflik antara individu dan kelompok (conflict among
individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan
norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict
among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing -
masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk
mencapainya.
5) Konflik
antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi
jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi
organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.
6) Konflik
antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in
different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau
perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota
organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang
menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.
C. Konflik
Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi
(1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang
dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Konflik
vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan
yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
2) Konflik
horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan
yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan,
atau antar departemen yang setingkat.
3) Konflik
garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
4) Konflik
peran, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu
peran yang saling bertentangan. Di samping klasifikasi tersebut di atas, ada
juga klasifikasi lain, misalnya yang dikemukakan oleh Schermerhorn, et al.
(1982), yang membagi konflik atas: substantive
conflict, emotional conflict, constructive conflict, dan destructive
conflict.
http://carideny.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-konflik-penyebab-konlik.html
http://www.psychologymania.com/2012/12/sumbersumber-stres.html