Hubungan Interpersonal
Model pertukaran social dan analisis
transaksional
Teori pertukaran sosial
adalah teori dalam
ilmu
sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran,
pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi.[rujukan?] Teori ini menjelaskan
bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai
dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
- Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu.
- Jenis hubungan yang dilakukan.
- Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Analisis Transaksional (AT) adalah
salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan
interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama
untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan
keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan
sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya
keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan
kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna
kemajuan hidupnya sendiri.
Memulai
Hubungan
Pembentukan kesan dan ketertarikan
interpersonal dalam memulai hubungan:
Tahap ini sering
disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal
menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”,
ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi
kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan
nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan
proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R.
Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu:
1.informasi demografis 5.perilaku
pada masa lalu
2.sikap dan pendapat (tentang orang
atau objek) 6.orang lain
3.rencana yang akan datang 7.hobi
dan minat
4.kepribadian
Proses pembentukan
kesan :
1.Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi
murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada
konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas.
Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya.
Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya
akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah
yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan
terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka.
Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat
menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo
effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori
tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang
baik.
2.Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat
konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam
kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka
menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya asumsi
bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita.
Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang
berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang
dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak
pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi
teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang,
anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu
benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak
bermoral.
3.Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan
motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya
yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri
sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi
pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa
terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan
perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas
dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama
menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku
sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor
situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas
eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat
menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik (atribusi
kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne
(1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang
itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana
orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
Hubungan Peran
Model Peran
Menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan
peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan
peranannya.
Konflik
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Adequancy Peran dan Autentisitas dalam
Hubungan Peran
Kecukupan perilaku
yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi
adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik
atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita,
sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan
kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan,
persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim
tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1.Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada
hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat
hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya
terkandung proximitas dan keakraban.
2.Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua
individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia.
Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara
mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan
psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi
persahabatan yaitu: sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan
emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
3.Percintaan
Persahabatan antar pria dan wanita bisa
berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang
potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang
namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara
persahabatan dan cinta.
Intimasi
dan Pertumbuhan
Untuk bertumbuh dalam
keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika
tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman
berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti
lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan
kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap
pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati,
dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi
tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan
dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk
bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) Kita tidak mengenal dan tidak
menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) Kita tidak menyadari bahwa hubungan
pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) Kita tidak percaya pasangan kita
sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) Kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup.
(5) Kita memulai pacaran bukan dengan
cinta yang tulus.
http://monicasetyawan.blogspot.com/2013/04/hubungan-interpersonal-kesehatan-mental.html
0 komentar:
Posting Komentar