1.Menjelaskan bagaimana memilih
pasangan
Dalam suatu hubungan
harus kita harus pinter untuk memilih pasangan,pasangan yang bisa menerima kita
apa adanya dan bisa menutupi kekurangan yang ada dalam diri kita sehingga kita
bisa melengkapi satu sama lain.Dalam memilih pasangan tidak harus mlihat
kecantikan luarnya saja tetapi lebih baiknyaa melihat kecantikan dalam dirinya.
2.Seluk beluk hubngan dalam
perkawinan
Fase bulan madu.
Fase ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki
perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan
berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Pasangan menikah saling
memahami dan menghargai pandangan masing-masing. Pada fase inilah pasangan
merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga sikap mereka pun cenderung lebih
toleran, fleksibel, terhadap pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya.
Sehingga anggapan bahwa cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini.
Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus
menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi
melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya
terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.
Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak
berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan
pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami
dinamika cinta yang alami terjadi.”
Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen mengatasi konflik yang membuat
mereka merasa kesepian, juga memutuskan untuk mengatasi rasa takit, marah dan
penolakan, mereka bisa melewati fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki
komitmen baru dalam hubungan, dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta
pada pasangannya.
Fase kekosongan.
Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan
melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa,
bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai
memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya.
3.Penyesuaian dan pertumbuhan dalam
perkawinan
Fase penyesuaian.
Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi
melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya
terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.
4. Perceraian
Perceraian
adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan
pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah
untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan
bagaimana membagi harta
mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan
bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak
mereka. Banyak negara
yang memiliki hukum
dan aturan
tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.
5. alternative selain pernikahan
Paradigma terhadap lajang
cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga
menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan
perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih
hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi
pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah
tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang
untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap
hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan
karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih
konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan
lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur
dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang
telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria
sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah
pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa
hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Sumber:
http://www.stylepote.com/2013/04/3-fase-penting-pernikahan-yang-perlu-anda-ketahui.html
http://hamblog-com.blogspot.com/
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan
perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih
hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi
pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah
tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang
untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap
hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan
karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih
konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan
lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur
dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang
telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria
sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah
pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa
hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang
dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Sumber:
http://www.stylepote.com/2013/04/3-fase-penting-pernikahan-yang-perlu-anda-ketahui.html
http://hamblog-com.blogspot.com/
0 komentar:
Posting Komentar