LogoTherapy (Frankl)
A. Konsep dasar pandangan Farnkl tentang kepribadian
Konsep logotherapi
ü Kehidupan
memiliki makna dalam keadaan apapun, termasuk dalam penderitaan.
ü Manusia
memiliki suatu kehendak untuk hidup bermakna yang merupakan motivasi utama
untuk hidup.
ü Kita
memiliki kebebasan untuk menemukan makna hidup melalui apa yang dikerjakan, apa
yang dihayati, atau sekurang-kurangnya dalam sikap yang kita ambil atas situasi
dan penderitaan yang tak dapat diubah lagi.
Sebagai satu metode terapi, logoterapi eksistensial menolong
klien untuk mencari dan menemukan ‘makna eksistensi diri yang sepenuhnya’. Hal
ini berarti menolong klien bukan hanya untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
dari nilai hidup yang memberi makna tetapi juga menemukan relevansi dari
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan peribadinya.
B. Unsur-unsur Terapi
1.
Munculnya Gangguan
Logoterapi menggunakan teknik
tertentu untuk mengatasi phobia (rasa takut yang berlebihan), kegelisahan,
obsesi tak terkendali dari pemakai obat-obatan terlarang. Selain itu juga
termasuk untuk mengatasi kenakalan remaja, konsultasi terhadap masalah memilih
pekerjaan dan membantu semua masalah dalam kehidupan.Jika dikaitkan dengan
konseling maka Konseling logoterapi suatupendekatan yang digunakan untuk
membantu individu mengatasi masalah ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang
sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup. Konseling logoterapi
berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna
hidup (meaning oriented).
2.
Tujuan Terapi
Terapi
Logo (Logo Therapy) bertujuan agar dalam masalah yang dihadapi klien dia
bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan
penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah
tersebut.
3.
Peranan
Terapis
Menurut
Semiun (2006) terdapat beberapa peranan terapis
1.
Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
2.
Mengendalikan filsafat pribadi
3.
Terapis bukan guru atau pengkhotbah
4.
Memberi makna lagi pada hidup
5.
Memberi makna lagi pada penderitaan
6.
Menekankan makna kerja
7.
Menekankan makna cinta
C. Teknik-teknik dalam Terapi:
a. Paradoxical
Intention (pembalikan keinginan)
Teknik paradoxical
intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self
detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri
(biologis dan psikologis) dan lingkungan.
Titik tolak dari paradoxical
intention ada dua: pertama adalah kesanggupan manusia untuk bebas bersikap atau
mengambil jarak terhadap diri sendiri, termasuk didalamnya sikap terhadap
tingkah laku dan masalah-masalah yang dihadapinya.
Kedua adalah, bahwa kesengajaan yang
memaksa untuk menghindari sesuatu semakin mendekatkan individu kepada sesuatu
yang ingin dihindarinya, dan kesengajaan yang memaksa untuk mencapai sesuatu
semakin menjauhkan individu dari sesuatu yang ingin dicapainya.
b.
De-reflection (meniadakan perenungan)
Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi
diri (self-transcendence) yang ada pada setiap manusia dewasa. Artinya
kemampuan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat.
Gofryd Kaczanowski yang intinya menyebutkan
bahwa derefleksi adalah suatu teknik terapi yang kurang spesifik, lebih sulit
namun lebih logoterapeutik dibanding dengan intensi paradoksikal.Ada suatu
teknik dari Herbert dan William (2003) yang kurang lebih sama dengan
derefleksi, namun mempunyai tujuan yang berbeda yaitu memasrahkan diri.
Menurutnya sikap ini perlu pada saat kita sudah berada pada batas kemampuan dan
jalan buntu. Karena sikap pasrah total dapat memutuskan ikatan masa lalu,
membawa anda pindah dari pola pikiran yang merusak, dan menuju kinerja yang
lebih baik.
c. Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani kirannya bisa dilihat
sebagai ciri paling menonjol dari logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan
spiritual. Sebab bimbingan rohani merupakan metode yang secara eksklusif
diarahkan pada unsur rohani atau roh, dengan sasaran pemenuhan makna oleh
individu atau pasien melalui realisasi nilai-nilai terakhir yang bisa
ditemuinya, nilai-nilai bersikap. Jelasnya bimbingan rohani merupakan metode
yang khusus digunakan pada penanganan kasus dimana individu dalam penderitaan
karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan atau nasib buruk yang tidak bisa
diubahnya, tidak lagi mampu berbuat selain menghadapi dengan cara mengembangkan
sikap yang tepat dan positif terhadap penderitaan itu.
d. Ekstensial Analisis
Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami
keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan
potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak
berdasarkan kemampuannya
Dalam analisis eksistensial, psikolog
tidak mengarahkan, membimbing, atau menilai klien berdasarkan praduga-praduga.
Tugas psikolog hanyalah membantu klien menjadi dirinya yang otentik.
Sumber:
http://megakinantiputri.blogspot.com/2014_04_01_archive.html