Istilah psikologi
humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi.
Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow
menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang
dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan
Alwisol 2005 : 252-270)
1. Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu
berting-kah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian
atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi
bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan
mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang
terpenting adalah :
a. Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan
koherensi. Organisasi adalah
keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap
bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
c. Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu
aktualisasi diri.
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal
bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat
akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih
berguna dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi
psikologis yang diisolasi.
2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau
menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang
bebas dan bertanggung jawab.
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses
untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming).
Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan
persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan
terorganisasi.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik
atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan
hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan
manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan
atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam
hidup manusia.
8. Manusia
memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai
berikut (Boeree, 2004)
(1) kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (the physiological needs)
(2) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security
needs)
(3) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and
belonging needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
(5) kebutuhan akan aktualisasi diri (the
self-actualization needs)
Unsur – Unsur Terapi
1. Munculnya Gangguan
Logoterapi
inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress
Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung menyalahkan
dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2. Tujuan Terapi
Tujuan dari
logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. memahami adanya
potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang
terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa
sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan
terlupakan.
c. memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak
kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk
meraih kualitas hidup yang lebih bermakna
3. Peran Terapis
Peranan dan Kegiatan
Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa peranan dan kegiatan terapis dapat
dikemukakan secara singkat di bawah ini.
1. Menjaga hubungan
yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis pertama-tama
harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari keseimbangan antara dua
ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati) dan pemisahan secara
ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam teknik terapi).
2. Mengendalikan
filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis tidak boleh memindahkan filsafat pribadi pada klien,
karena logotherapy digunakan untuk menangani masalah-masalah yang menyangkut
nilai-nilai dan masalah spiritual, seperti aspirasi terhadap hidup yang
bermakna, makna cinta, makna penderitaan, dan sebagainya.
3. Terapis bukan guru
atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis mata dalam pengertian bahwa ia memberi
kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia sebagaimana adanya, dan bukan
seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana ia sendiri melihatnya.
4. Memberi makna lagi
pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah menemukan tujuan dan maksud keberadaannya.
Kepada klien bahwa setiap kehidupan memiliki potensi-potensi yang unik dan
tugas utamanya adalah menemukan potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini
memberi makna pada kepada hidupnya.
5. Memberi makna lagi
pada penderitaan
Di
sini, terapis harus menekan bahwa hidup manusia dapat dipenuhi tidak hanya
dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh sesuatu, tetapi juga dengan
menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan apati jika ia tidak mengalami
kesulitan atau penderitaan.
6. Menekankan makna
kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan makan pada pekerjaan itu sehingga
nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja berubah. Tanggunga
jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang dengan menjawab kepada
situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan perkataan, melainkan
dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari kesadaran akan tugas
pribadi yang konkret dan unik.
7. Menekankan makna
cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien untuk mencintai dalam tingkat spiritual
atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan cinta spiritual yang menghidupi
pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan keistimewaannya.
C. Tekhnik –
tekhnik Logotherapy
·
Intensi Paradoksikal
Teknik intensi
paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan kasus
kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi
individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal
adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
·
Derefleksi
Derefleksi merupakan
teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada suatu hal
di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan kemampuan transendensi
diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu diusahakan untuk
membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak nyaman untuk
kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang positif dan
bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya pada hal-hal yang
bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman, 1995).
·
Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani
adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus dimana
individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu
keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat selain
menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan nilai
bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam rangka
menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
Sumber:
http://dhenytiyan.blogspot.com/2014/04/psikoterapi-2-terapi-humanistik.html
0 komentar:
Posting Komentar